Cara Berjualan yang Tak Terlihat “Jualan”!

Cara Berjualan yang Tak Terlihat “Jualan”! – Apa yang ada dipikirkan kamu, ketika mendengar atau membaca sebuah kata “jualan”?

Harga? Promosi? Tawar Menawar? Atau market? Pasti kegiatan berniaga yang ada di pikiran kamu saat ini. Namun apakah mungkin bila kegiatan berjualan bisa dilakukan seperti “tidak terlihat” sedang berjualan?

Ini bukan soft selling loh, tapi beneran bisa jualan tapi seperti tanpa jualan! Nah inilah yang dinamakan teknik covert selling atau teknik berjualan secara terselubung. Dimana kehadiran “berjualannya” sering tidak disadari oleh audiens.

Strategi ini biasanya tidak disadari oleh audiens, melainkan di bawah alam sadar mereka. Namun bila audiens berpikir lebih keras lagi, hal yang kita lakukan sebenarnya adalah kegiatan jualan.

Namun sebelum memulai kegiatan teknik berjualan ini, kamu bisa membangun 3 hal yaitu curiosity, ambiguity dan emotionally pada konten sosial media kamu.

Bisa menggunakan sifat curiosity atau memancing penasaran para pelanggan supaya mereka makin kepo dengan produk kita, ambiguity atau makna ganda yang menggugah rasa penasaran dan rasa tidak puas dengan apa yang disampaikan oleh kita, atau emotionally yang mengundang emosi manusia (terkejut, marah, takut, senang, jijik, dan sedih)

Lalu bentuknya seperti apa sih? Yuk kita bahas satu per satu.

1. Cerita Story Telling

Mengapa ya teknik berjualan terselubung dengan story telling itu suka ampuh? Kalian pernah kan melihat konten orang yang bercerita atau curhat di reels instagram dan video tiktok, sembari membuat barang dagangannya?

Nah, sebenarnya mereka sedang berjualan, namun tanpa kalian sadari.

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa story telling menjadi teknik yang ampuh untuk teknik berjualan secara berselubung, yaitu:

  1. Calon konsumen cenderung lebih suka mendengarkan pengalaman orang lain ketika menggunakan produk ketimbnag mendengar keunggulan suatu produk.
  2. Produk yang kamu miliki memang sama dengan kompetitor atau “produk pasaran”, namun kamu memiliki cerita yang berbeda yang bisa kamu bagikan.
  3. Calon konsumen seolah-olah menjadi “teman” yang otomatis akan ikut berempati atau merasakan apa yang dirasakan dalam cerita sehingga secara tak langsung ada dorongan untuk melakukan sebuah tindakan. Misalnya komen, like atau share video kalian.
  4. Dengan menggunakan cerita , seakan-akan kamu tidak terlihat sedang menjual atau tidak memaksa calon konsumen untuk membeli barang . Keputusan akhir tetap di tangan mereka, tergantung bagaimana kamu bercerita.

2. Berikan Data Agar Produk Terlihat Berkualitas

Kalian bisa menggunakan visual pada konten dengan menambahkan kualitas pada produk. Tidak usah bertele-tele, kamu hanya perlu membagikan status kalau kamu bersyukur atas penjualan kamu yang laku, atau chat antar kamu dan pelanggan bahwa pelanggan puas dengan produk kamu atau pelayanan kamu.

Sehingga kamu tetap menawarkan produk yang berkualitas namun tidak terlihat sedang mempromosikan barang.

3. Tidak Mencantumkan CTA (Call To Action)

Dalam penjualan teknik convert selling tidak melakukan penjualan secara langsung sehingga tidak mencantumkan harga atau CTA, namun tujuannya adalah untuk memberikan rasa penasaran, kedekatan hingga desakan untuk melakukan sebuah tindakan.

Misalnya “Apa Bener Pilih Jasa Kelola Socmed Tech Team Bisa Hilangin Migran Pusing dan Sakit Kepala Kamu?”

Nah menurut kamu ini termasuk convert selling bukan? Atau kamu punya contoh lainnya? Seperti “Alhamdulilah, setelah konsultasi dengan Tech Team Indonesia, saya bisa fokus ngurusin bisnis”

Kamu bisa menghubungi ke https://techteam.id/ yang melayani selama 24 jam dan langsung ditangani oleh ahlinya.

“Salah memilih konsultan Tech bisa mengakibatkan migren lebih parah?”

Ingin tips lainnya seputar teknologi? Yuk intip artikel pada laman ini, supaya bisnis dan teknologi kamu makin berkembang!